Langsung ke konten utama

                                                           (Feature – Pengalaman Pribadi)

Yang Benar-benar Ada

merin catur rahma dewi - 20820033 - IK1

 

Manusia itu datang dan pergi.

Aku adalah seorang anak berusia remaja akhir menuju dewasa muda. Masih dibilang sangat sedikit dalam mendapatkan dan menjalani seluk beluk kehidupan. Namun yang pasti yang sudah aku rasakan dalam kehidupanku ini adalah seseorang yang benar-benar ada dan yang hanya sekadar ada ketika aku sedih, marah, senang, kecewa dan berbagai rasa lainnya yang pernah singgah dalam kehidupanku termasuk ketika aku membutuh bantuan orang lain. 

ketika kumpul bersama teman- teman


Aku anak kuliahan dan juga seorang karyawan. Aku adalah termasuk orang yang sangat mandiri dalam berbagai hal termasuk dalam membiayai kehidupan diri sendiri. Ada begitu banyak orang-orang yang pernah aku temui dalam kehidupanku seperti keluarga, teman kecil, teman sekolah, teman kuliahan, dan juga teman kerja. Aku sama seperti anak-anak remaja lainnya yang suka bermain bersama teman-teman ketika seharian sudah lelah kuliah dan bekerja. Aku suka keluar main bersama teman-temanku, baik itu sekadar bertukar cerita, maupun mengerjakan tugas kuliah bersama. Tapi, waktuku tidak hanya aku habiskan bersama teman-teman dan juga keluarga, aku juga bekerja untuk membantu kehidupanku sendiri dan juga supaya lebih produktif dalam kehidupan sehari-hari.

saat sedang asik bercanda gurau dengan teman-teman


Dalam kehidupan tentunya ada masa ketika seseorang itu merasa sulit dan juga sangat membutuhkan bantuan orang lain dan untuk berada di samping kita. Masa itu tentunya sudah pernah lewat dalam kehidupanku di usiaku yang sekarang ini. Meskipun keseharianku sangat produktif, tapi aku juga pernah merasakan malas-malasan dan juga lelah dengan apa yang aku lakukan. Aku pernah merasakan sedih dan juga kecewa yang dimana ketika itu aku sangat membutuhkan seseorang untuk hanya sekadar mendengarkan dan jika perlu memberikan solusi atas apa yang sedang aku rasakan ketika itu.

Ketika aku menceritakan kepada seorang teman atau seorang yang aku percaya, dan saat aku berkata “aku sedih banget dan juga aku merasa marah karena…..”, atau “aku harus bagaimana, apa yang harus aku lakukan”, temanku hanya bisa berkata “sabar sabar dan sabar”, yang dimana apa yang kita harapkan ketika kita menceritakan masalah kita kepada orang lain adalah mereka mampu memberikan solusi, mampu memberikan masukan yang setidaknya dapat membantu atau menenangkan diri kita. Pernah juga ketika aku meminta bantuan kepada teman atau orang yang aku percaya, dan saat aku berkata “tolong dong, aku butuh banget bantuan kamu, gak tau lagi mau minta bantuan sama siapa”, meskipun aku meminta bantuan ketika aku benar-benar membutuhkan bantuan, belum tentu orang yang kita minta bantuannya bisa dan mau untuk membantu kita waktu itu juga. Namun, aku sadar ternyata hal itu tentunya tidak boleh kita harapkan yang lebih kepada orang lain ketika kita tidak ingin berkongsi cerita kepada keluarga sendiri. Karena, sedekat apapun kita kepada seorang teman, sahabat, mereka tidak akan sepenuhnya dapat memahami atau membantu apa yang sedang kita rasakan dan apa yang sedang kita butuhkan.

Dari pengalaman aku itu, perlahan-lahan aku banyak memahami dan banyak belajar dari diri aku dan tentang diri aku sendiri dan juga orang-orang yang ada disekelilingku, bahwa yang benar-benar ada ketika kita perlu dan yang benar-benar memahami apa yang kita rasakan itu bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri. Hanya saja, kita tidak perlu terlalu berharap lebih dari seseorang yang mendengarkan cerita kita dan dari orang yang kita minta bantuannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Essay tentang kekerasan seksual

Keterkaitan Korban Kekerasan Seksual yang Melakukan Speak Up di Media Sosial untuk Mencari Keadilan dengan Teori Spiral of Silence Persoalan kasus kekerasan seksual di Indonesia menjadi salah satu isu hangat yang ramai diperbincangkan. Kasus ini menjadi sebuah polemik yang tidak pernah usai sejak lama, bahkan dalam beberapa waktu terakhir, angka kasus pemerkosaan dan pelecehan yang menimpa perempuan kian meningkat tajam. Kementerian Perberdayaan Perempuan dan Anak (KPPPA) mencatat sebanyak 8.800 kasus kekerasaan seksual terjadi dari Januari sampai November 2021. Kasus ini banyak terjadi di berbagai tempat yang selama ini dianggap aman, seperti sekolah, perguruan tinggi, hingga pesantren. Korbannya pun beragam, mulai dari santri, mahasiswa, sampai anak kecil pun bisa menjadi korban. Kasus kekerasan seksual yang baru-baru ini terjadi, seperti kasus oknum ustadz pesantren cabul hingga dosen yang melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswinya, semakin menjelaskan bahwa tidak ada tempat ...